Powered By Blogger

Jumat, 12 November 2010

SENAM NIFAS DAN TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

SENAM NIFAS DAN TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

Kebutuhan Ibu Nifas

Kebutuhan Ibu Nifas

SENAM NIFAS DAN TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

SENAM NIFAS DAN TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

SISTEM RUJUKAN

A.Sistem Rujukan
1.Pengertian
Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar daoat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006)

2.Tindakan Asuhan Dasar Bayi Muda
Dalam memberikan tindakan/pengobatan pada bayi muda pada klasifikasi warna hijau salah satunya adalah asuhan dasar bayi muda. Asuhan dasar tersebut meliputi menjaga bayi muda selalu hangat dan mencegah infeksi dan pemberian imunisasi.
a.Menjaga Bayi Muda Selalu Hangat
Setelah melakukan penilaian dan klasifikasi, didapatkan klasifikasi kuning dan hijau yang merupakan keadaan yang tidak memerlukan rujukan. Pada keadaan ini dapat dilakukan asuhan dasar bayi muda termasuk menjaga bayi muda selalu hangat karena bayi sangat rentan terhadap masalah tersebut.
Asuhan dasar bayi muda menjaga bayi muda tetap hangat adalah untuk mencegah hipotermi. Lakukan tindakan berikut ini pada waktu kunjungan rumah saat memeriksa bayi di klinik.
•Segera keringkan tubuh bayi setiap kali
•Letakkan bayi di dada ibu sessering mungkin, bayi tidur dengan ibu.
•Minta ibu memberi ASI saja sesering mungkin
•Jika tidak ada tanda-tanda hipotermi, memandikan bayi tidak boleh lebih dari 2 kali sehari.
•Selesai memandikan, segera keringkan tubuh bayi. Kenakan pakaian yang bersih dan kering, topi bayi, kaus tangan, dan kaus kaki. Jika perlu beri selimut bayi.
•Baringkan bayi di tempat yang hangat dan jauh dari atau pintu.
•Pada BBRL atau bayi dengan HIPOTERMI SEDANG, hangatkan bayi dengan Metode Kanguru atau dengan lampu 60 watt berjarak minimal 60 cm.
b.Mencegah Infeksi dan Pemberian Imunisasi
Berikan imunisasi pada bayi yang belum mendapatkan imunisasi. Isikan hal tersebut pada formulir bayi muda.
Asuhan dasar bayi muda lainnya yang penting adalah mencegah infeksi dan pemberian imunisasi. Lakukan tindakan berikut ini pada waktu kunjungan rumah atau saat memeriksa bayi di klinik.
•Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
•Rawat tali pusat dengan hati-hati. Segera bersihkan tali pusat setiap kali basah atau kotor dengan air matang, kemudian keringkan dengan kain atau handuk yang bersih dan kering.
•Jaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikan bayi setelah suhu stabil. Gunakan sabun dan air bersih hangat, bersihkan seluruh bagian tubuh bayi dengan hati-hati.
•Hindarkan bayi baru lahir kontak dengan orang sakit, karena bayi baru lahir sangat rentan terrular penyakit.
•Segera beri imunisasi Hepatitis B1 Uniject sebelum bayi umur 7 hari.
•Tunda pemberian imunisasi jika didapatkan klasifikasi merah.
•Beri imunisasi BCG ketika bayi umur 1 bulan.
•Beri imunisasi Hepatitis B2, Polio 1 dan DPT 1 ketika bayi umur lahir di Rumah sakit, biasanya di imunisasi sebelum pulang ke rumah.

c.Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis merupakan infeksi pada hati. Masyarakat umum menyebutnya sebagai “sakit Kuning” atau “sakit lever”. Ada beberapa jenis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis dapat ditularkan melalui makanan (hepatitis A) dan cairan tubuh (hepatitis A, B, C). hepatits C merupakan jenis hepatitis yang paling berbahaya karena dapat berkembang menjadi penyakit hati menahun, sirosis hati, dan kanker hati. Bayi dan remaja mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi hepatitis B ini. Diantara mereka yang terinfeksi tersbut, 90-95% akan sembuh, tapi yang 5-10% lagi akan tetap membawa virus hepatitis B dalam tubuhnya, dan orang tersebut menjadi “carrier”(pembwa) hepatitis.
“Carrier” atau pembawa virus hepatitis B adalah seseorang yang mengandung virus hepatitis B di dalam darahnya untuk waktu lebih dari 6 bulan. Walaupun pada umumnya tidak ada gejala atau tanda-tanda selama bertahun-tahun atai seumur hidup, merekan ini memiliki resiko tinggi menuju gagal hati atau kanker hati. Resiko menjadi “carrier” bila terinfeksi virus hepatitis B.
•Pada bayi baru lahir    90%
•Pada usia 1-6 bulan    80%
•Pada usia 7-12 bulan    60%
•Pada usia 1-4 tahun    35%
•Dewasa    10%
Sampai saat ini BELUM ADA CARA PENGOBATAN YANG EFEKTIF UNTUK HEPATITIS. Hepatitis A pada umunya sembuh sendiri, sedangkan hepatitis B bias sembuh sendiri atau menjadi penyakit menahun(kronis). Karena belum ada pengobatan yang efektif, maka PENCEGAHAN merupakan cara terbaik untuk menghindarkan penyakit ini.

Pencegahan utama hepatitis B dapat dilakukan dengan imunisasi
Untuk hasil yang terbaik, imunisasi hepatitis B harus deberikan sedini mungkin, yaitu pada hari bayi dilahirkan atau paling lambat 7 hari setelah kelahiran. Semakin ditunda pemberian imunisasi hepatitis B, maka semakin berkurang efektifitas perlindungan terhadap penularan hepatitis B.
Mengapa Imunisasi Hepatitis B Dosis Pertama Harus Diberikan pada 0-7 Hari Setelah Kelahiran?
•Sebagai ibu hamil merupakan “Carrier” hepatitis B
•Hampir separuh bayi dapat tertular hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus
•Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi he[atitis menahun, yang selanjutnya dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer.
•Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75%  bayi dari penularan hepatitis B.
Imunisasi hepatitis B diberikan dengan UNIJECT. Uniject adalah alat suntik (semprit dan jarum) sekali pakai yang sudah di isi vaksin dengan dosis yang tepat dari pabriknya.
1)Cara pemberian imunisasi hepatitis B.
a.Buka kotak wadah uniject dan periksa:
•Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uniject tersebut memang berisi vaksin hepatitis B.
•Tanggal kadaluarsa.
•Warna pada tanda pemantau paparan panas (VVM) yang tertera atau menempel pada sebungkus uniject masih layak dipakai.

Selama VVM tetap berwarna PUTIH atau LEBIH TERANG dari warna dalam lingkaran rujukan, maka vaksin hepatitis B dalam uniject masih layak dipakai. Bila warna VVM sudah SAMA atau LEBIH TUA dari waran lingkaran rujukan, maka vaksin dalam uniject tersebut sudah tidak layak dipakai.
b.Buka kantong Aluminium atau plastic dan keluarkan uniject
c.Pegang uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum. Aktifkan uniject dengan cara mendorong tutup jarum kearah leher dengan tekanan dan gerakan cepat.
d.Saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus lapisan
e.Buka tutup jarum
f.Selanjutnya tetap pegang uniject pada bagian leher dan tusukan jarum pada pertengahan paha bayi secara intramuscular (IM). Tidak perlu dilakukan aspirasi.
g.Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikan vaksin hepatitis B.
h.Jangan memasang kembali tutup jarum. Buang uniject yang telah dipakai tersebut ke dalam wadah alat suntik bekas yang telah bersedia (safety box).
2)Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Apabila diberikan dengan cara yang benar, hampir tidak ada KIPI pada imunisasi hepatitis B. kejadian ikutan yang mungkin terkadi (sangat jarang sekali) adalah:
a.Reaksi local pada kulit: kemerahan pada kulit atau bengkak pada tempat suntikan, terjadi pada 5 bayi dari 100 bayi yang diimunisasi. Ini bias terjadi bila tempat suntikan dan atau cara penyuntikan salah.   Reaksi local tidak memerlikan penanganan khusus.
b.Demam : terkadi hanya pada beberapa bayi yang diimunisasi. Bila terjasi demam, bayi bisa di kompres atau di beri antipiretik (obat penurun panas) dengan dosis sesuai berat badannya.
c.Shock anafilaksis : terjadi pada satu bayi dari 900,000 bayi yang diimunisasi. Artinya hampir tidak mungkin terjadi. Kalau sampai terkadi anafilaksis maka cara penanganannya sama seperti penanganan anafilaksis karena obat suntik yang lain.
3)Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi pada umumnya aman. Namun tunda pemberian imunisasi bila bayi sedang kejang ATAU gangguan asfiksia ATAU panas tinggi  38,5C ATAU berat badan lahir < 2500gr.

3. Menentukan Perlunya Rujukan Segera
Jika akan melakukan rujukan, saudara juga harus menjelaskan bahwa bayi muda mudah terserang penyakit, dan apabila mereka sakit mudah jatuh menjadi lebih berat bahkan kematian sehingga tindakan rujukan ini merupakan kebutuhan bagi bayi muda sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik di rumah sakit.
Siapkan pula surat rujukan dan jelaskan pula pada ibu apa alas an saudara merujuk bayinya. Ajari ibu segala sesuatu yang perlu dilakukan selama perjalanan seperti menjaga kestabilan suhu tubuh bayi dan pemberian ASI yang tetap diberikan.
Jika bayi muda menderita KLASIFIKASI berat (BERWARNA MERAH) seperti
•Kejang
•Gangguan nafas
•Hipotermia berat
•Mungkin infeksi bakteri sistemik/local berat
•Ikterus patologik
•Gangguan saluran cerna
•Dehidrasi berat
•Diare persisten
•Mungkin disentri atau gangguan saluran cerna
•Masalah bayi berat sangat rendah dan/atau gangguan pemberian ASI berat.
Bayi muda dengan klasifikasi merah, memerlukan penanganan awal segera, selesaikan pemeriksaan secara cepat dan lakukan penanganan sehingga rujukan tidak terlambat.
Pada bayi muda dengan klasifikasi merah, memerlukan penanganan awal segera, selesaikan pemeriksaan secara cepat dan lakukan penanganan sehingga rujukan tidak terlambat.
Perhatiakan bahwa ada intruksi RUJUK SEGERA pada kolom tindakan untuk klasifikasi tersebut. Instruksi ini berarti bayi muda harus sesegera mungkin dirujuk setelah dilakukan tindakan pra rujukan yang diperlukan. Jangan melakukan tindakan yang tidak perlu, yang dapat menghambat rujukan.
Untuk bayi muda dengan DEHIDRASI BERAT, jika tidak ada klasifikasi berat lainnya maka dapat dilakukan langkah rehidrasi dengan Rencana Terapi C. Apabila fasilitas tempat saudara mempunyai fasilitas rawat inap dengan kemampuan pasang intra vena, saudara dapat menanganinya di klinik saudara untuk melakukan rehidrasi. Jika tidak mempunyai fasilitas tersebut RUJUK SEGERA untuk mendapatkan terapi intra vena.
Akan tetapi jika bayi muda dengan DEHIDRASI BERAT juga mempunyai klasifikasi berat lainnya maka RUJUK SEGERA.
Dalam perjalanan merujuk upaya menstabilkan suhu, pemberian ASI atau oralit harus tetap dilakukan.

4. Menentukan Tindakan/Pengobatan  Bayi Muda Yang Memerlukan Rujukan Segera  (Tindakan Pra Rujukan)
Sebelum merujuk bayi muda ke rumah sakit, berikan semua tindakan pra rujukan yang sesuai dengan klasifikasinya.
Beberapa tindakan yang memperlambat rujukandan tidak sangat mendesak tidak diberikan sebelum rujukan, seperti mengajari ibu mengobati infeksi local.
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang, henti nafas, segera lakukan tindakan atau pengobatan sebelum melakukan penilaian yang lain dan rujuk segera.

Syarat Rujukan
Suhu lebih dari 36C, denyut jantung lebih dari sama dengan 100/menit, tidak ada tanda dehidrasi berat.
Sebelum dilakukan rujukan, saudara harus memperhatikan syarat rujukan yaitu, suhu lebih dari sama dengan 36C, denyut jantung lebih dari sama dengan 100/menit, tidak ada tanda dehidrasi berat.
Pada tindakan atau pengobatan diare dengan dehidrasi berat sesuaikan dengan rencana terapi C.
Di bawah ini adalah beberapa tindakan penting pra rujukan yang harus diberikan / dilakukan sebelum merujuk bayi muda:
1.Membebaskan jalan napas dan member oksigen ( jika ada).
2.Menangani kejang dengan obat anti kejang.
3.Lakukan tindakan untuk mencegah agar gula darah tidak turun.
4.Memberikan dosis pertam antibiotic intramuskuler.
5.Menasihati ibu cara merawat bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan. Tindakan ini dapat dilakukakan dengan metode kanguru ( kontak kulit ibu), Agar kehangatan alami yang sesuai diperoleh bayi muda selama perjalanan rujukan ke rumah sakit.
6.Menghangatkan tubuh bayi segera sebelum dirujuk, khusus untuk bayi muda dengan klasifikasi hipotermia berat dan hipotermia sedang.
7.Rujuk segera ke rumah sakit dan nasehati ibu untuk tetap meneruskan pemberian ASI dan memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit ( Pada dehidrasi berat) dalam perjalanan.

5. Merujuk Bayi Muda
Selain melakukan tindakan pra rujukan, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum merujuk bayi muda, yaitu:
a.Jelaskan kepada ibu pentingnya rujukan. Mintalah persetujuannya untuk membawa bayi mudanya ke rumah sakit. Jika ada kemungkinan dia tidak mau membawa bayinya, carilah sebabya. Alasan- alasan yang mungkin adalah:
oAdanya anggapan bahwa rumah sakit adalah tempat dimana orang sering meninggal dan ditakutkan bayi yang dirujuk akan meninggal di rumah sakit.
oKetidaknyamanan bahwa rumah sakit dapat menolong bayinya .
oIbu atau keluarga tidak dapat meninggalkan rumah untuk merawat bayinya selama tinggal di rumah sakit karena:
Tidak ada yang akan merawat anak-anaknya yang lain
Dia harus bertani
Dia dapat kehilangan pekerjaannya.
oMasalah biaya untuk membayar biaya transportasi, perawatan di rumah sakit, obat-obatan atau makanan selama menjaga di rumah sakit.
b.Hilangnya kekhawatiran ibu dan tolonglah untuk mengatasi setiap masalah, misalnya:
oJika ibu khawatir bayi mudanya akan meninggal di rumah sakit, dan bagaimana hal tersebut akan menolong bayinya.
oTerangkan apa yang akan terjadi di rumah sakit dan bagaimana hal tersebut akan menolong bayinya.
oJika ibu memerlukan bantuan di rumah selama dia di rumah sakit, ktanyakan dan usahakan member saran tentang siapa yang mungkin dapat membantu di rumahnya. Misalnya,  tanyakan apakah suami, keluarga yang lain dapat membantu merawat anak yang lain dan menyiapkan makanan dan menggantikan tugasnya selama di rumah sakit.
oDiskusikan dengan ibu bagaimana caranya mencapai rumah sakit jika perlu, bantulah mengatur cara transportasinya.
Saudara mungkin tidak mampu membantu ibu dalam memecahkan masalahnya dan tidak dapat memastikan bahwa dia benar-benar pergi ke rumah sakit. Saudara harus melakukan apapun yang dapat saudara lakukan untuk menolong.
c.Tulis surat rujukan untuk dibawa ke rumah sakit. Katakana kepada ibu untuk memberikannya kepada bidan di rumah sakit. Tulislah:
•Nama dan umur bayi
•Tanggal dan waktu rujukan.
•Diskripsi masalah bayi muda tersebut.
•Alasan rujukan (tanda dan gejala yang mendukung klasifikasi berat)
•Tindakan yang telah saudara berikan.
•Setiap informasi lain yang mungkin perlu di ketahui bidan yang akan merawat anak di rumah sakit, seperti tindakan yang telah diberikan sebelumnya.
•Nama saudara dan nama klinik saudara.
d.Berikan kepada ibu obat dan instruksi yang diperlukan untuk merawat bayi mudanya selama perjalanan ke rumah sakit:
•Jika keadaan penyakit bayi sangat berat, lebih baik bayi dan keluarga saudara dampingi ke tempat rujukan. Bawalah perawatan dan obat yang diperlukan selama dalam perjalanan.
•Jika bidan tidak mendampingi dan rumah sakit jauh, berikan kepada ibu dosis antibiotika oral berikutnya. Katakan padanya, kapan antibiotika tersebut harus diberikan (menurut jadwal dosis pada bagan pengobatan). Jika saudara menduga bahwa ibu tidak akan benar-benar membawa bayinya ke rumah sakit, berikan kepadanya seluruh keperluan antibiotika dan ajarkan kepadanya bagaimana cara pemberiannya.
•Mintalah ibu menjaga bayinya tetap hangat selama perjalanan.
•Nasihati ibu untuk melanjutkan menetei.
•Jika bayinya mengalami dehidrasi ringan, sedang, atau berat dan dapat minum, berikan kepada ibu oralit untuk di berikan sedikit demi sedikit tapi sering dalam perjalanan.

CONTOH SURAT RUJUKAN
                                                                             Bandung, 21 November 2008
Kepada Yth.  
Dr Bagian Anak RSU Ujung Berung
Bersama ini saya kirimkan pasien dengan:
    Nama    : Iwan Rudiansyah
    Umur    : 4 hari
    Berat badan   : 2400 gram
Dirujuk dengan klasifikasi sebagai :
•Mungkin infeksi bakteri sistemik
•Gangguan nafas
•Ikterus
•Berat badan rendah
Tindakan yang telah diberikan di Polindes:
•Bebaskan jalan nafas,
•Menghangatkan bayi selama di perjalanan dengan metode kangguru
•Menasehati ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama selama perjalanan.
•Antibiotika ampicilin dosis pertama pra rujukan 0.6 ml IM
•Imunisasi belum diberikan
Mohon penanganan lebih lanjut pada bayi tersebut
Atas bantuannya, terima kasih.


Saryati
                                                                                 Polindes Sederhana                                                                                                   

B.Imunisasi
1.Pengertian
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang.

2.Sistem Kekebalan
Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel dimana tujuan utamanya adalah mengenali antigen. Antigen dapat berupa virus atau bakteri yang hidup atau yang sudah diinaktifkan. Perlindungan terhadap antigen oleh system kekebalan tubuh disebut juga dengan respon imun yaitu melalui produksi antibodi (immunoglobulin).
a.Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif dapat terjadi dengan pemberian antibody yang berasal dari hewan atau manusia kepada manusia lain. Kekebalan pasif memberikan perlindungan terhadap beberapa infeksi tetapi bersifat sementara. Kadar antibody akan berkurang stelah beberapa minggu atau bulan, dan penerima tidak lagi kebal terhadap penyakit tersebut.
b.Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif terjadi sebagai akibat stimulasi system imunologi yang menghasilkan antigen spesifik humoral (antibody) dan kekebalan seluler. Tidak seperti kekebalan pasif, kekebalan aktif biasanya dapat bertahan untuk beberapa tahun dan sering sampai seumur hidup.

3.Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
a.Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik atau pernafasan.
Gejala awal pentakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru- biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian.
b.Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin , demam dan batuk ringan yang lama kelaman batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk yang menggigil dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
c.Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang menghasilkan neurotoksin.
Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotorang yang masuk ke dalam luka yang dalam.
Gejala awal penyakit adalah  kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat atau demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti manetek ( sucking ) antara 3 s/d 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
Komplikasi tetanus adalh patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
d.Tuberculosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa ( disebut juda batuk darah )
Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk.
Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adlah batuk terus- menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah, Gejala lain tergantung orfan yang diserang.
Tuberculosis dapat menebabkan kelemahan juga kematian.
e.Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita.
Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjunktivitis, ( mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, dan tangan serta kaki.
Komplikasi campak adalah diare hebat, Peradangan pada mata dan infeksi saluran nafas ( pneumonia).
f.Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu atau tiga virus yang berhubungan, yaitu polio type 1,2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak berusia kuran dari 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP)
Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia ( tinja ) yang terkontaminasi.
Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam. Nyeri otot dan kelimpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot- otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera tertangani.

g.Hepatitis B
Hepatitis B ( penyakit kuning ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati.
Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayu selama proses persalinan, melalui hubungan seksual.
Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang lain adalah mersa lemah, gangguan perut dan gejala lain biasanya flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata dan kulit.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatitis, kanker hati dan menimbulkan kematian.

4.Jenis Vaksin
a.Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerine)
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
Kemasan:
•Kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box beriosi 10 ampul vaksin.
•Setiap 1 ampul vaksin dengan 4ml pelarut.
Cara pemberian dosis:
•Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan alat suntuk steril (ADS 5ml ).
•Dosis pemberian : 0.05 ml, sebanyak 1 kali.
•Disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas ( Insertio musculus deltoideus ), dengan menggunakan ADS 0.05 ml.
•Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Kontraindikasi:
•Adanya penyakit kulit yang berat / menahun sepert eksim, furunkulosos, dan sebagainya.
•Mereka yang sedang menderita TBC.
Efek samping:
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan dan berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang- kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilan denangan sendirinya.

b.Vaksin DPT
Diskripsi:
Vaksin jerap DPT ( Difteri Pertusis Tetanus ) adalah vaksin yang terrdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan dan bakeri pertusis yang telah diinaktivasi.

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan secra simultan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
Kemasan:
•Kemasan dalam vial
•1 box vaksin terdiri dari 10 vial
•1 vial berisi 10 dosis
•Vaksin berbentuk cairan.
Cara pemberian dan dosis:
•Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar menjadi homogen.
•Disuntikkan secara intramuskular dengan dosis pemberian 0.5 ml sebanyak 3 dosis.
•Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu ( 1 bulan )
•Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang telah di buka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa.
Vaksin disimpan dalah suhu 20 C s/d 80 C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga.
VVM masih dalam kondisi A atau B.
•Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunkan lagi.
Efek samping:
Gejala- gejala yang bersifat sementara seperti : lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang- kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, irritbilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
Kontraindikasi:
Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertussis. Anak yang mengalami gejala- gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan Imunisasinya dapat diberikan DT.
c.Vaksin TT
Diskripsi:
Vaksin jerap TT ( tTetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Thimerosal 0.1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0.5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Digunakan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi.
(Vademecum Bio Farma Jan, 2002 )
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif pada tetanus.
Kemasan:
•1 box vaksin terdiri dari 10 vial
•1 vial berisi 10 dosis
•Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.

Cara pemberian dan dosis:
•Sebelum digunakan Vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
•Untuk mencegah tetanus/ tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0.5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan pada periode trimester pertama.
•Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8
Tidak pernah terendam air.
Sterilitas terjaga.
VVM masih dalam kondisi A atau B.
•Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya
Efek Samping:
Efek samping jarang terjadi dan sifatnya ringan. Gejala- gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang- kadang gejala demam.

Kontraindikasi:
Gejala- gejala berat karena dosis pertama TT.
d.Vaksin DT
Diskripsi:
Vaksin jerap DT ( Difteri dan Tetanus ) adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan.
(Vademecum Bio Farma Jan, 2002 )
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadao difteri dan tetanus.
Kemasan:
•1 box vaksin terdiri dari 10 vial
•1 vial berisi 10 dosis
•Vaksin DT adalah vaksin yang berbentuk cairan
Cara pemberian dan Dosis:
•Sebelum digunakan Vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
•Disuntikan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 mk. Dianjurkan untuk anak usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.
•Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8
Tidak pernah terendam air.
Sterilitas terjaga.
VVM masih dalam kondisi A atau B.
•Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya
Efek Samping:
Gejala- gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang  bersifat sementara, dan kadan- kadan demam.
Kontraindikasi:
Gejala- gejala berat karena dosis pertama DT.
e.Vaksin Polio
Diskripsi:
Vaksin oral polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 ( strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam sukrosa.
(Vademecum Bio Farma Jan, 2002 )
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Kemasan:
•1 box vaksin terdiri dari 10 vial
•1 vial berisi 10 dosis
•Vaksin Polio adalah vaksin yang berbentuk cairan.
•Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes ( dropper) terbuat dari bahan plastik.
Cara pemberian dan Dosis:
•Diberikan secara oral ( melalui mulut ), 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali ( dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
•Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes ( dropper ) yang baru.
•Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8
Tidak pernah terendam air.
Sterilitas terjaga.
VVM masih dalam kondisi A atau B.
•Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya
Efek samping:
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping n=berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi ( kurang dari 0, 17 : 1.000.000 ; Bull WHO 66: 1988)
Kontraindikasi:
Pada individu yang menderita ” Immune deficienci ”.  Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

f.Vaksin Campak
Diskripsi :
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin. (Vademecum Bio Farma Jan 2002)
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Kemasan:
1 box vaksin terdiri dari 10 vial
1 vial berisi 10 dosis
1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml
Vaksin ini berbentuk beku kering
Cara pemberian dan dosis:
Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secera subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign campak pada anak SD kelas 1-6.
Efek samping:
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
Kontraindikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma.

g.Vaksin hepatitis B
Diskripsi:
Vaksin Hepatitis B adalh vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasi yang bersifat non- infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan oleh sel ragi ( Hansenula Polymorphia ) menggunakan teknologi DNA Rekombinan.
(Vademecum Bio Farma Jan, 2002 )
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Kemasan:
•Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan.
•Vaksin hepatitis B terdiri dari dua kemasan:
-kemasan dalam prefiil injection device (PID)
-kemasan dalam vial
•Satu box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID.
•Satu box vaksin hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis masing-masing
Cara pemberian dan dosis
•Sebelum digunakan vaksin harus dikocock terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
•Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada antero lateral paha.
•Pemberian sebanyak 3 dosis.
•Dosis pertama diberikan pada usia 0 sampai 7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimal 4 minggu ( 1 bulan).
Untuk hepatitis B vial
•Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8
Tidak pernah terendam air.
Sterilitas terjaga.
VVM masih dalam kondisi A atau B.
•Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya
Efek samping:
Reaksi lokal seperti rasa sakit kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan bisanya hilang setelah 2 hari.
Kontra indikasi:
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.
h.Vaksin DPT-HB
Deskripsi:
Vaksin mengandung DPT berupa toksoid difteri dan toksoid tetanus yang di murnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Indikasi:
•Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B.
Kemasan:
•Satu box vaksin DPT-HB  vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis.
•Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT.
Cara pemberian dan dosis:
•Pemberian dengan cara intramuskular, 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
•Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya denga interval 4 minggu (1 bulan).
•Di unit pelayanan statis, vaksin DPT-HB yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu 2 )c s/d 8
Tidak pernah terendam air.
Sterilitas terjaga.
VVM masih dalam kondisi A atau B.
•Sedangkan di posyandu vaksin yang sudan terbuka tidak boleh digunkan lagi untuk hari berikutnya
5.Sifat vaksin
Sifat vaksin dapat digolongkan berdasarkan kepekaan atau sensitivitasnya terhadap suhu yaitu:
a.vaksin yang sensitif terhadap beku (freeze sensitive = FS) yaitu: golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar atau terkena suhu dingin atau suhu pembekuan. Jenis vaksin yang sensitif beku tersebut adalah: hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT.
b.vaksin yang sensitif terhadap panas (heat sensitive = HS) yaitu: golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar atau terkena suhu panas yang berlebihan. Jenis vaksin yang sensitif terhadap panas tersebut adalah: Polio, BCG, dan Campak.
6.Kerusakan Vaksin
a.kerusakan terhadap suhu
keterpaparan suhu yang tidak tepat pada kedua golongan vaksin menyebabkan umur vaksin menjadi berkurang. Masing-masing vaksin berbeda, sesuai dengan kepekaannya terhadap suhu yang tidak tepat.
1).vaksin sensitif beku
2).vaksin sensitif panas


b.kerusakan vaksin terhadap sinar matahari atau sinar ulltra violet
semua vaksin akan rusak bila terpapar atau terkena sinar matahari langsung, serta sinar ultra violet (misalnya: lampu neon, lampu hallogen).

7.Penanganan Peralatan Rantai Vaksin
Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan.
a.Jenis Peralatan Rantai Vaksin di Puskesmas
Salah satu jenis peralatan rantai vaksin adalah lemari es. Berdasarkan system pendinginannya, lemari es dibagi 2 yaitu:
1)Sistem kompresi
Pada sistem pendinginan kompresi, lemari es menggunakan kompresor sebagai jantung utama untuk mengalirkan refrigerant (zat pendingin) ke ruang pendingin melalui evaporator. Bahan pendingin yang digunakan pada sistem ini adalah refrigerant type Non CFC seperti R-134a**.
2)Sistem absorpsi
Pada sistem pendingin absorpsi, lemari es menggunakan pemanas listrik atau menggunakan nyala api minyak tanah atau gas LPG (Propane/Butane). Panas ini diperlukan untuk menguapkan bahan pendingin berupa amoniak (NH3) agar dapat berfungsi sebagai pendingin di evaporator.

8.Pengelolaan Vaksin
Pengelolaan rantai vaksin adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang ditetapkan. Dalam lingkup ini, proses pembuatan vaksin di pabrik tidak dimasukkan dalam petunjuk teknis karena telah memiliki prosedur tersendiri dari pabrik, sesuai dengan ketentuan WHO dan persyaratan dari Badan Obat dan Makanan (POM).
a.Penerimaan/Pengambilan vaksin (transportasi)
1)Pengambilan vaksin dari puskesmas ke Kabupaten/Kota dengan menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan. Misalnya Cold box atau vaccine carier.
2)Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan jumlah vaksin yang akan diambil.
3)Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa indikator vaksin (VVM) kecuali BCG. Vaksin yang boleh digunakan hanya bila indikaator VVM tingkat A atau B. Sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D tidak usah diterima karena tidak dapat digunakan lagi.
4)Masukan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat dan dibagian tengah diletakkan termometer muller, untuk jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia dapat dimasukkan ke dalam alat pembawa.
5)Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama perjalanan dari Kabupaten/Kota ke Puskesmas tidak boleh kena sinar matahari langsung.
b.Penyimpanan vaksin
1)Semua vaksin disimpan pada suhu + 20C s/d + 80C.
2)Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack) sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu.
3)Penempatan vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat evaporator.
4)Penempatan vaksin FS (DPT, TT, DT, Hepatitis B, DPT/HB) diletakkan lebih jauh dari evaporator.
5)Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau 1 jari tangan, agar terjadi sirkulasi udara yang baik.
6)Letakkan 1 buah termometer Muller di bagian tengah lemari es dan letakkan 1 buah freeze tag diantara vaksin hepatitis B atau DPT.
7)Vaksin selalu disimpan dalam kotak kemasan agar tidak terkena sinar Ultra Violet.
8)Pelarut vaksin campak dan BCG disimpan pada suhu kamar, pelarut tidak boleh beku.

9.PENYELENGGARAAN PELAYANAN IMUNISASI
Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional rutin dan khusus. Dengan semakin mantapnya unit pelayanan imunisasi, maka porsi kegiatan imunisasi khusus semakin kecil.  Namun, dalam makalah ini hanya akan dibahas kegiatan operasional rutin.
Kegiatan opersional rutin adalah kegiatan yang telah baku atau dengan kata lain telah terbukti efektif dan efisien. Kegiatan ini terdiri dari imunisasi dasar pada bayi (BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak).
a.Jadwal Pemberian Imunisasi

Vaksin    Pemberian Imunisasi    Selang waktu Pemberian        Umur        Keterangan

BCG        1x                        0-11 bulan  

DPT        3x
    (DPT 1, 2, 3)            4 minggu        2-11 bulan  

Polio        4x
    (Polio 1, 2, 3, 4)        4 minggu        0-11 bulan  

Campak        1x                        0-11 bulan  

Hepatitis B    2x
    (Hep. B 1, 2, 3)        4 minggu        0-11 bulan    Untuk bayi yang lahir di RS/Puskesmas/RB/Rumah oleh nakes HB segera diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran. BCG, Polio diberikan sebelum bayi pulang ke rumah.

b.Vaksin - vaksin yang perlu dicampur dengan pelarut

1)BCG    :kering    Ampul,Cairan disediakan dengan vaksin
2)Campak:Kering    Vial, Cairan disediakan dengan vaksin

1)Hal yang perlu diperhatikan
a)Pelarut tidak bias saling ditukar, vaksin yang berbeda memiliki pelarut yang tidak sama. Pencampuran dan pemberian pelarut yang salah telah meyebabkan peristiwa yang membahayakan termasuk kematian.
b)Selalu gunakan pelarut dari pabrik yang sama dengan vaksin.
c)Pelarut harus didinginkan sebelum dicampur dengan vaksin.
d)Jangan mencampur vaksin dengan pelarut sebelum siap mengimunisasi.
e)Membuang vaksin yang telah dicampur dengan pelarut setelah tiga jam (untuk vaksin BCG) atau setelah 8 jam (untuk vakisn Campak) atau pada akhir pelayanan imunisasi, mana saja yang lebih dahulu.

2)Langkah-langkah mencampur vaksin BCG, Campak dengan pelarut:
a)Cuci tangan
b)mengamati VVM dan Masa kadaluarsa pada botol atau ampul vaksin
c)menggoyang botol atau ampul vaksin. Memastikan semua bubuk ada pada dasar botol.
d)membuka botol atau ampul vaksin
e)mengamati ampul atau botol pelarut pastikan tidak retak.
f)membaca label pada ampul atau botol pelarut pastikan dikirim oleh pabrik bersama dengan vaksin dan masa kadaluarsa belum lewat.
g)membuka ampul kaca jika terjadi luka saat membuka ampul, buang ampul karena ada kemungkinan isi ampul telah terkontaminasi. Membalut luka sebelum mambuka ampul baru.
h)menyedot pelarut ke dalam semprit pencampur dengan menggunakan semprit pencampur sekali buang (disposable mixing syring) yang baru untuk mencapur setiap persediaan dengan pelarut.
i)mencampur vaksin dengan pelarut

ountuk mencampur pelarut dan vaksin, tari pelan-pelan pelarut vaksin ke atas sehingga masuk ke dalam semprit dan suntikkan lagi ke dalam botol atau ampul. Ulangi beberapa kali.
oMasukkan semprit dan jarum pencampur ke dalam kotak keselamatan setelah digunakan.

10. Pemberian Vaksin
a. Vaksinasi BCG
1)Suntikan diberikan di lengan kanan atas.
a)Dosis 0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikan dosis sebanyak itu secara akurat, harus menggunakan semprit dan jaru kecil yang khusus.
b)Disuntikkan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (intrakutan). Untuk memberikan suntikan intrakutan secara tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10mm ukuran 26).

2)Cara pemberian vaksin BCG:
a)Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dan lepas baju bayi dari lengan dan bahu.
b)Ibu sebaiknya memegang bayi dekat dengan tubuhnya, menyangga kepala bayi dan memegang lengan dekat dengan tubuh.
c)Pegnag semprit dengan tangan kanan dengan lubang pada ujung jarum menghadap ke depan.
d)Buatlah permukaan kulit menjadi datar dengan menggunakan ibu jari kiri dan jari telunjuk.
e)Letakkan semprit dan jarum dengan posisi hampir datar dengan kulit bayi.
f)Masukkan ujung jarum tepat di bawah permukaan kulit tetapi di dalam kulit yang tebal, cukup masukkan bevel (lubang di ujung jarum).
g)Jaga agar posisi jarum tetap datar di sepanjang kulit sehingga jarum masuk ke dalam lapisan atas kulit saja. Jaga agar lubang di ujung jarum menghadap ke depan.
h)Jangan menekan jarum terlalu dalam dan jangan menurunkan jarum karena jarum akan masuk di bawah kulit, sehingga yang terjadi suntukan di dalam otot (subcutameous) bukan suntukan intradermal.
i)untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari pada ujung bawah semprit dejat jarum, tetapi jangan menyentuh jarum.
j)pegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari tengah kanan. Tekan penyedot dengan ibu jari.
k)Suntikkan 0,05 ml vaksin dan lepaskan jarum.

Catatan:
•Jika suntikan intradermal diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika vaksin mudah masuk mungkin menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan, betulkan posisi jarum dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi.
•Hitunglah bayi-bayi yang telah menerima dosis vaksin. Jangan ulangi memberikan dosis. Mintalah orang tua untuk kembali bersama anak mereka jika menunjukkan efek samping seperti abses atau pembengkakan kelenjar.
•Jika suntukan BCG tepat, akan timbul pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit. Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya pembengkakan.

b.Vaksinasi DPT atau DPT-HepB
1)Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuscular atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
a)Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibunya dengan seluruh kaki telanjang.
b)orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
c)pegang paha dengan ibu jari dan telunjuk.
d)masukka jarum dengan sudut 900.
e)tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.

c.Vaksinasi DT dan TT (bagi WUS dan Anak Sekolah)
1)Suntikan diberikan pada lengan atas secara intramuscular atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
a)Mintalah sasaran untuk duduk.
b)Suruh ia menurunkan bahunya dan meletakkan tangan kiri di belakang punggungnya atau di atas pinggul. Posisi ini akan meregangkan otot pada lengan dan membuat suntukan menjadi hamper tidak sakit.
c)Letakkan jari dan ibu jari pada bagian luar lengan atas.
d)gunakan tangan kiri untuk menekan ke atas otot lengan.
e)cepat tekan jarum ke bawah melalui kulit di antara jari-jari. Masukkan ke dalam otot.
f)tekan alat penyedot (plunger) dengan ibu jari untuk menyuntik vaksin.
g)tarik jarum dengan cepat dan hati-hati dan mintalah sasaran untuk menekan tempat penyuntikan secara hati-hati dengan kain kaps jika terjadi perdarahan.

d.Vaksinasi polio oral (OPV)
Cara pemberian:
1)mintalah orang tua untuk memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang.
2)buka mutul bayi secara hati-hati, baik dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari.
3)teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi.

e.Vaksinasi Campak
1)Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
a)Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang.
b)orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas lengan bayi.
c)cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 450.
d)untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari daan jari telunjuk tetapi jangan sentuh jarum.

f.Vaksinasi Hepatitis B
1)Vaksin Hepatitis B yang digunakan dalam program imunisasi saat ini adalah yang terdapat dalam kemasan Prefill Injection device (PID).
2)Alat suntik dalam kemasan ini mudah dipakai, tidak perlu mengukur dosis karena telah dikemas dari pabrik, kecil dan mudah dibawa.
3)Setiap alat suntik digunakan hanya untuk satu dosis sehingga tidak memboroskan vaksin.
4)Cara pemakaian vakisn Hepatitis B PID:
a)buka kantong alumunium/plastic dan keluarkan alat suntik PID.
b)pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya diantara jari telunjuk dan jempol dan dengan gerakan cepat dorong tutup jarum kea rah leher. Teruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutp jarum dan leher.
c)buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan tusukkan jarum pada anterolateral paha secara intramuscular, tidak perlu dilakukan aspirasi.
d)pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservoir kempis cabut alat suntik.
5)Vaksin Hepatitis B PID di puskesmas disimpan seperti vaksin Hepatitis B dalam vial, tetapi di be\idan desa/pustu vakisn Hepatitis B PID ini boleh disimpan pada suhu kamar sepanjang tidak terjadi perubahan warna pada VVM

http://ummukautsar.wordpress.com/2010/03/13/sadari-periksa-payudara-sendiri-deteksi-dini-kanker-payudara/

http://ummukautsar.wordpress.com/2010/03/13/sadari-periksa-payudara-sendiri-deteksi-dini-kanker-payudara/

MANFAAT PIJAT BAYI

Tulisan diambil dari blog saya di tutorialkuliah.wordpress
Efek Biokimia dan Fisik yang Positif
Efek biokimia yang positif dari pijat, antara lain:
§ Menurunkan kadar cathecolamine
§ Meningkatkan kadar serotonin.

Selain efek biokimia, pijatan memberikan efek fisik/klinis sebagai berikut.
Ø Meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari sistem immunitas
Ø Mengubah gelombang otak secara positif
Ø Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan
Ø Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan
Ø Meningkatkan kenaikan berat badan
Ø Mengurangi depresi dan ketegangan
Ø Meningkatkan kesiagaan
Ø Membuat tidur lelap
Ø Mengurangi rasa sakit mengurangi kembung dan kolik (sakit perut)
Ø Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi
Ø Meningkatkan volume air susu ibu


Berikut ini beberapa hasil laporan penelitian para pakar mengenai manfaat pijat bayi.

a. Meningkatkan berat badan
Penelitian yang dilakukan oleh Prof T. Field & Scafidi (1986 & 1990) menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1280 dan 1176 gram), yang dipijat 3×15 menit selama selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan per hari 20% – 47% lebih banyak dari yang tidak dipijat. Penelitian pada bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bula, yang dipijit 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat badan yang lebih dari kontrol.

b. Meningkatkan pertumbuhan
Schanberg (1989) melakukan penelitian pada tikus dan menemukan bahwa tanpa dilakukannya rangsangan raba/taktil pada tikus telah terjadi hormon pertumbuhan.

c. Meningkatkan daya tahan tubuh
Penelitian terhadap penderita HIV yang dipijat sebanyak 5 kali dalam seminggu selama 1 bulan, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah dan toksisitas sel pembunuh alami (natural killer cells). Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi sekunder pada penderita AIDS.

d. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangka pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh. Di Touch Research Institute, Amerika, dilakukan penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal matematika. Setelah itu, dilakukan pemijatan pada anak-anak tersebut selama 2×15 menit setiap minggunya selama jangka waktu 5 minggu. Selanjutnya pada anak-anak tersebut diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata, mereka hanya memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata pula tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50% dari sebelum dipijat.

e. Membina ikatan kasih sayang orang-tua dan anak (bonding)
Sentuhan dan pandangan kasih sayang orang tua pada bayinya akan mengalirkan kekuatan jalinan kasih di antara keduanya. Pada perkembangan anak, sentuhan orang tua adalah dasar perkembangn komunikasi yang akan memupuk cinta kasih secara timbal bali. Semua ini akan menjadi penentu bagi anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi baik yang percaya diri.

f. Meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cyinthia Mersmann, ibu yang memijat bayinya mampu memproduksi ASI lebih banyak dibanding kelompok kontrol. Pada saat menyusui bayinya mereka merasa kewalahan karena ASI terus menerus menetes dari payudara yang tidak disusukan. Jadi pijat bayi dapat meningkatkan volume ASI sehingga periode waktu pemberian ASI secara eksklusif dapat ditingkatkan, khususnya oleh ibu-ibu karyawati.


II. 2 MEKANISME DASAR PEMIJATAN (FISIOLOGI PIJAT BAYI)

Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi adalah penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. Mekanisme dasar dari pijat bayi belum banyak diketahui. Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan jawabannya.
Diajukan beberapa mekanisme untuk menolong menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, antara lain : pengeluaran beta endorphin, aktivitas nervus vagus, dan produksi serotonin.


A. Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan
Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tahun 1989, Schanberg dari Duke University Medical School melakukan penelitian pada bayi – bayi tikus. Pakar ini menemukan bahwa jika hubungan taktil (jilatan-jilatan) ibu tikus ke bayinya terganggu akan menyebabkan hal – hal berikut ini :
Penurunan enzim ODC ( ornithine decarboxylase ), suatu enzim yang menjadi petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan jaringan
Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan
Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormon pertumbuhan
Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical beta endorphine, yang akan mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC jaringan.

B. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan Makanan
Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus ( saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat.

C. Aktifitas nervus vagus meningkatkan volume ASI
Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktifitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak di minta. Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak positif pada peningkatan volume ASI.

D. Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmiter serotonin, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glukokortikoid (adrenalin, suatu hormon stres). Proses ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stres). Penurunan kadar hormon stres ini akan meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG.

E. Pijatan dapat mengubah gelombang otak.
Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan kesiagaan (alertnes) atau kosentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat di buktikan dengan penggunaan EEG (electro enchephalogram).
(berbagai sumber)

PRE EKLAMSI BERAT

Preeklampsia berat ditandai dengan:
a) Peningkatan tekanan darah sistolik sebesar > 30 – 50 mmHg.
b) Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba sebesar 2 kg setiap kali.
c) Proteinuria 5 sampai 10 g/L dalam 24 jam.
d) Edema umum, bengkak semakin jelas di wajah, mata, jari, bunyi paru rales bisa terdengar.
e) Oliguria

KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI

Masalah keamanan vaksin sebetulnya sudah sejak lama menjadi perhatian para klinis tetapi tampaknya pada masa belakangan ini menjadi lebih menonjol karena sering kali sering kali di hubungkan dengan mordibitas berbagai penyakit tertentu.
Sampai akhir tahun 1980an di Indonesia tidak banyak terdengar laporan kejadian yang terhubung dengan vaksin tetapi semakin lama hal itu semakin sering ditemukan dengan semakin luasnya cakupan program imunisasi, terlebih lagi dengan adanya program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dengan cakupan dan publikasi yang begitu luas pada pertengahan tahun 1990 maka masalah mordibitas yang dihubungkan dengan imunisasi semakin menjadi perhatian masyarakat luas.
Karena faktor kekurangtahuan serta informasi yang tidak memadai maka mulai timbul berbagai kekhawatitran serta keengganan orang tua untuk mengikut serta kan anak nya dalam program imunisasi. kekhawatiran tersebut akhirnya tidak saja ditujukan pada efek samping vaksin yang memang merupakan bagian dari mekanisme kerja vaksin tetapi telah meluas pada semua morbiditas serta kejadian yang terjadi pada imunisasi yang sangat mungkin sebetulnya tidak terhubung dengan vaksin dan tindakan imunisasi.

DEFINISI
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.

FAKTOR PENYEBAB
Pokja Depkes RI membagi penyebab kejadian Ikutan Pasca Imunisasi menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Kesalahan Program/teknik Pelaksanaan imunisasi
2. Induksi vaksin
3. Faktor kebetulan
4. Penyebab yang tidak diketahui atau belum diketahui




1) Kesalahan program/teknik pelaksanaan imunisasi
Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan tekhnik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpangan, pengelolaan dan tata laksana pemberian vaksin, kesalahan tersebut misalnya dapat terjadi pada :
• Dosis antigen (terlalu banyak)
• Lokasi dan cara penyuntikan
• Sterilisasi jarum suntik
• Tindakan dan antiseptik
Melalaikan aturan produsen tata laksana perlu diperhatikeun bila terdapat kecenderungan kejadian berulang pada petugas atau kelompok yang sama. Kecenderungan sebaliknya bila kelompok populasi lain mendapat vaksin dengan batch yang sama tapi tidak terdapat masalah atau bila sebagian populasi setempat dengan karakteristik serupa yang tidak di imunisasi tapi justru menunjukan masalah tersebut
2) Induksi vaksin
Gejala KIPI karena Induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan.Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.
Reaksi simpang vaksin sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai kontra indikasi ,indikasi khusus,atau berbagai tindakan atau perhatian spesifik lainya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain
3) Faktor kebetulan
Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator faktor kebetulan ini di tandai dengan ditemukanya kejadian yang sama pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa yang tidak mendapat imunisasi pada saat bersamaan
4) Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan kedalam salah satu penyebab lain maka untuk semantara dimasukan kedalam kelompok ini,tetapi biasanya dengan kelengkapan informasi lebih lanjut maka akan ditentukan kelompoknya.
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
A. Setelah pemberian vaksinasi hepatitis B dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi atau pun otot..
 Yang harus dilakukan oleh orang tua atau pengasuh nya:
Untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol, Boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat.
B. Setelah pemberian vaksin BCG akan menjadi bisul selama kurang lebih 2mgg itu hal yang normal.Karena merupakan reaksi vaksin BCG nya.Bisul kecil (papula) dapat membesar dan terjadi koreng selama 2-4 bln, bila ulkus mengeluarkan cairan orang tua dapat mengompres dengan cairan antiseptik.dan bila cairan bertambah banyak dan koreng menjadi membesar orang tua harus membawa ke tenaga kesehatan
C. Setelah pemberian vaksin DPT reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan yang akan hilang dalam 2 hari
 Yang harus dilakukan oleh orang tua atau pengasuhnya:
Kepada orang tua dianjurkan unuk memberikan minum lebih banyak(ASI atau air buah) untuk memberikan minumlebih banyak(ASI atau air buah)jika demam pakailah pakaian yang tipis,bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin,jika demamberikan parasetamol,Boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat.
D. Setelah vaksin campak reaksi yang akan terjadi rasa tidak nyaman di bekas penyuntikan vaksin, selain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari 48 jam yaitu demam tidak tinggi,erupsi kulit kemerahan halus /tipis yang tidak menular, pilek.
 Yang harus dilakukan oleh orang tua atau pengasuhnya:
Untuk memberikan minum lebih banyak(ASI atau air buah)jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol, boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat
SUMBER
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, depertemen Kesehatan republik Indonesia, Jakarta 2005.
2. Reporting and Compensasion Tables, Nasional Childhood vaccine Injury Act 1986, Committee From the Institute of Medicine, National Academy of Science USA, dalam Atkinson W, Wolfe Humiston S, Nelson R, 2000
3. WHO: Background rates Of adverse events following imunizazion, supplementary information on vaccine safety. Part 2, 2000

WAKTU / METODE PEMASANGAN IUD

 

Waktu/Metode Pemasangan IUD

IUD dipasang diluar hamil dan saat selesai menstruasi. Pemasangan program post partum belum memuaskan karena banyak terjadi ekspulsi dan masyarakat segan untuk kembali.
IUD dapat dipasang pada :
1. Bersamaan dengan menstruasi
2. Segera setelah bersih menstruasi
3. Pada masa akhir menstruasi
4. Tiga bulan pasca puerperium
5. Bersamaan dengan seksio secaria
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretage
7. Hari kedua – ketiga pasca persalinan (Manuaba, 1998).

IUD Tidak dapat dipasang pada :
1. Terdapat infeksi genetalia
a. Menimbulkan eksaserbasi (kambuh) infeksi
b. Keadaan patologis lokal : flungkle, stenosis vagina, infeksi vagina.
2. Dugaan keganasan serviks
3. Perdarahan dengan sebab yang tidak jelas
4. Pada kehamilan : terjadi abortus, mudah perforasi, perdarahan, infeksi (Manuaba, 1998).

Prosedur Klinik Proses Pemasangan IUD
Pencegahan Infeksi
Untuk mengurangi risiko infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada klien petugas klinis harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi dengan cara sebagai berikut :
1. Tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.
3. Bila perlu, minta klien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan pemeriksaan panggul.
4. Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan steril.
5. Setelah memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.
6. Memasukan AKDR dalam kemasan sterilnya.
7. Gunakan teknik “tanpa sentuh” pada saat pemasangan AKDR untun kengurangi kontaminasi kavum uteri.
8. Buang bahan-bahan terkontaminasi.
9. Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan (Saifuddin, 2003).

LOCHEA

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : lochea rubra, lochea serosa dan lochea alba.
Pada awal pemulihan post persalinan adalah merah terang, berubah menjadi merah tua atau coklat kemerah-merahan, itu mungkin berisi sedikit gumpalan-gumpalan atau bekuan –bekuan. Lochea hanya untuk menunjukkan pemulihan uterin.
a) Lochea rubra
Lochea rubra terdiri dari sebagian besar darah, decidu dan robekan-robekan tropoblastik dan bakteri (Cunningham dkk, 1989). Darah memucat, menjadi pink atau coklat setelah 1 sampai 3 hari.
b) Lochea serosa
Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua (coklat), banyak serum, leukosit dan jaringan sampai kuning cair 3 sampai 10 hari.
c) Lochea alba
Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2 sampai 6 minggu setelah persalinan. Kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan kuman yang telah mati.
Jumlah lochia digambarkan seperti sangat sedikit, sedikit, moderat dan berat (Jacobson, 1985) :
a) Sangat sedikit - darah hanya ada pada tisu ketika dihapus atau kurang dari 2,5 cm ( 1 in) pada pembalut.
b) Sedikit – kurang dari 10 cm (4 in) noda pada pembalut.
c) Moderat – kurang dari 15 cm (6 in) noda pada pembalut.
d) Berat – memenuhi pembalut dalam 1 jam.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI JANGKA PANJANG

1. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan andil besar dalam menentukan pemakaian program KB jangka panjang jika seluruh keluarga mendukung dan ikut serta dalam menentukan KB jangka panjang. Dapat membantu menurunkan angka kelahiran dan kematian serta menekan laju pertumbuhan penduduk. Karena keluarga dapat melaksanakan 8 fungsi keluarga secara optimal menuju keluarga yang maju, mandiri dan berketahanan tinggi (PP No 21 tahun 1999). Yang penyelenggaraan pembangunannya meliputi fungsi keagamaan, fungsi sosial, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi pertahanan, fungsi keamanan dan fungsi pembinaan.
2. Kepercayaan
Pada dasarnya semua kepercayaan yang ada di Indonesia menerima gagasan dari program KB walaupun terdapat perbedaan pandangan tentang metode pelaksanaan dan alat kontrasepsi yang digunakan.
Menurut kepala BKKBN, Dr. Subiri Syarief, MPA. Meskipun angka kematian ibu (AKI) masih tinggi dukungan dan komitmen para tokoh agama terhadap program kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sudah tinggi. Bahkan kepeloporan dan kontribusi tokoh agama diwujudkan dengan membidani kelahiran dan mewarnai sejarah perjalanan program KB. Tidak hanya itu, dukungan dan komitmen tokoh agama juga dicerminkan dengan dikeluarkan fatwa ulama tentang keluarga berencana dan kependudukan (http//www.agungmulyo.wordpres.com) diakses pada tanggal 20 Mei 2009 pukul 14.00 WIB. Dapat dipastikan bahwa tidak ada kaitan antara rendahnya derajat kesehatan masyarakat khususnya tingginya AKI dan TFR dengan agama yang dianutnya. Namun ada kecendrungan yang kuat bahwa AKI dan TFR yang tinggi banyak terjadi pada sebagian besar masyarakat muslim karena ada beberapa kendala yang diduga ( Prawirohardjo, S. 2003 ) yaitu :
a. Masih kuat kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa setiap mahluk yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu tidak khawatir memiliki jumlah anak yang banyak.
b. Peran ulama yang sangat sentral sebagai panutan baik dalam hal pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat. namun sayangnya, tidak semua ulama menyetujui program keluarga berencana ini.
Maka sangat penting memberikan peran yang lebih besar kepada para ulama untuk berkiprah dalam program keluarga berencana, mengingat masih banyak masyarakat memegang kepercayaan yang masih kuat.
3. Umur
Salah satu faktor yang penting dalam menentukan pemakain kontrasepsi dan usia PUS mempengaruhi bagaimana mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatannya ( Sarwono 2005 ).
Umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. dalam satuan tahun dan juga merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru. Semakin bertambahnya umur maka akan semakin tinggi keinginan seseorang tentang kesehatan. (Notoatmodjo, 2003).
Upaya penundaan umur perkawinan sangat besar artinya dalam menunjang pengendalian tingkat kelahiran. Dengan melangsungkan perkawinan pada usia .muda, seorang wanita akan mempunyai kesempatan melahirkan anak lebih banyak. Oleh karena itu, usaha menurunkan angka kelahiran perlu didukung dengan usaha meningkatkan umur perkawinan. Di samping menurunkan angka kelahiran meningkatnya umur perkawinan akan mengurangi tingkat kematian ibu pada saat melahirkan maupun kematian anak karena kurang sempurnanya perawatan anak ( Danim, S. 2003 ).
Upaya peningkatan umur perkawinan yang telah dilaksanakan melalui program kependudukan dan KB adalah dengan memberikan penerangan kepada generasi muda. Mereka dimotivasi untuk melang-sungkan perkawinan sesudah umur 20 tahun bagi wanita dan umur 25 tahun bagi laki-laki, karena umur 20-35 tahun adalah kelompok umur yang dianggap paling baik, baik dari segi fisik, mental, dan usia tersebut sudah cukup dewasa, sementara umur 4. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap atau tatalaku atau kelompok orang dalam usaha manusia melalui upaya pengajaran dan proses, perbuatan, cara mendidik sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar tingkat pendidikan juga merupakan salah satu satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru (Arikunto, 2002 )
Pendidikan adalah upaya untuk memberi pengetahuan kepada anggota masyarakat tentang kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif yang terus meningkat terhadap kesehatan diri, keluarga dan masyarakat(Notoatmodjo 2003 ).
Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dan taraf pendidikan yang rendah selalu bergandengan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, makin tinggat tinggi pendidikan semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuan pun akan semakin tinggi (undang-undang sisdiknas, 2007 : 18).
Salah satu jenis pendidikan formal yang diperoleh seperti : SD, SLTP, SLTA, program diploma dan lain-lain. Pendidikan formal berfungsi untuk pengetahuan yang bersifat umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat khusus (undang-undang sisdiknas, 2007 : 19).
5. Pengetahuan
Pengetahuan tentang KB merupakan salah satu aspek penting ke arah pemahaman tentang pemakaian alat kontrasepsi khususnya kontrasepsi jangka panjang.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan pada suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, indra pendengaran, indra penciuman, indra penglihatan, indra perasa, indra peraba dan sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2004).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia cendrung akan mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang pengetahuannya rendah ( Depkes RI, 2000 ).
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana seseorang menetap. Keadaan lingkungan sekitar sedikitnya akan mempengaruhi pengetahuan dalam hal ini pengetahuan mengenai kontrasepsi jangka panjang. Pengetahuan yang masyarakat diperoleh dari hasil belajar, berkomunikasi dengan orang lain, media elektronik, media cetak dan pengalaman. ( Amirudin. R, 2006 ). Pengetahuannya yang menunjang program KB yaitu pengetahuannya yang lebih tinggi sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan untuk kesehatannya.
6. Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan yang mendapatkan upah atau hasil yang dapat dinilai dengan uang. Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang suatu pekerjaan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang suatu pekerjaan yang mengarah konsisten kerja yang otomatis (Hasanah 2006). Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan menciptakan suatu institusi sosial yang memiliki aturan main sendiri yang sering kali berbeda antara institusi yang satu dengan yang lainnya.
Pemakaian alat kontrasepsi berdasarkan pekerjaan menurut Arikunto pada wanita bekerja sebesar 55,7 % dan yang tidak bekerja sebesar 50,3 %.Wanita yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus anaknya dan wanita yang bekerja akan cendrung membatasi jumlah anak dibanding wanita yang tidak bekerja lebih banyak waktu untuk mengurus anaknya. (Arikunto:2002)

PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI

#Segera lakukan Kompresi Bimanual Interna (KBI) selama 5 menit
#Evaluasi keberhasilan: Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang teruskan KBI selama 2 menit
#Uterus berkontraksi, perdarahan berkurang → periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi, jika ya lakukan penjahitan
#Jika kontraksi tidak terjadi dalam 5 menit, ajarkan keluarga untuk Kompresi Bimanual Eksterna (KBE), kemudian teruskan dengan langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya
#Berikan 0,2 mg ergometrin IM
#Pasang infus RL yang mengandung 20 unit oksitosin
#Ulangi lagi KBI 1-2 menit, jika segera rujuk dengan didampingi
#Ulangi lagi KBI 1-2 menit, jika segera rujuk ke fasilitas kesehatan yg ada fasilitas tindakan pembedahan dan tranfusi darah dengan didampingi bidan
#Teruskan melakukan KBI dan pemberian infus hingga tiba di tempat rujukan
#Infus 500 ml pertama harus habis dalam 10 menit
#Kemudian berikan 125 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan
#Jika cairan IV tdk cukup, infuskan botol kedua dengan tetesan lambat, berikan asupan cairan secara oral

PRESENTASI SUNGSANG

a. Pengertian letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
b. Klasifikasi letak sungsang
1) Letak bokong ( Frank Breech )
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas, dimana paha fleksi, lutut ekstensi.
2) Letak bokong komplet ( Complete Breech )
Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong, letak bokong kaki sempurna ( lipat kejang ). Kedua paha dan lutut fleksi.
3) Letak bokong tidak komplet ( Incomplete Breech )
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :
a) Kedua kaki = letak kaki sempurna
b) Satu kaki = letak kaki tidak sempurna
c) Kedua lutut = letak lutut smpurna
d) Satu lutut = letak lutut tidak sempurna

c. Etiologi letak sungsang
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai lebih kurang dari 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga kemungkinan janin bergerak lebih leluasa. Dengan demikian, janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif lebih berkurang. Karena bokong dengan dua tungkai yang terlipat lebih besar dari kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruang yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat di mengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Terdapat beberapa factor yang berperan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosephalus, anensefalus, plasenta previa, panggul sempit, prematuritas, kelainan genetic, kelainan bentuk uterus.
d. Diagnosis letak sungsang
1) Palpasi dan auskultasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong, dan punggung di kiri atau di kanan. DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
2) Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam bedakan antara :
a) Jika teraba lubang kecil, tulang (-), isap (-), mekonium (+) maka artinya teraba anus.
b) Jika mengisap, teraba rahang, teraba lidah artinya teraba mulut
c) Jika teraba tumit, sudut 90o, rata jari-jari artinya teraba kaki.
d) Jika teraba jari jari panjang, tidak rata, patella (-) artinya teraba tangan siku.
e) Jika teraba petella dan poplitea artinya teraba lutut.
3) Pemeriksaan foto Rontgent : bayangan kepala di fundus.
e. Posisi letak sungsang
1) Presentasi bokong
Pada pemeriksaan dalam yang dapat teraba hanya bokong bayi saja. Terjadi karena janin meluruskan (ekstensi) kedua sendi lututnya, sehingga kedua kaki mengarah ke atas dan kedua ujungnya sejajar dengan bahu atau kepala.
2) Presentasi bokong kaki sempurna
Pada pemeriksaan dalam dilakukan, bokong dan kedua kaki dapat teraba.
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Bagian bokong teraba dengan satu kaki di sampingnya, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.
4) Presentasi kaki
Yang teraba lebih dulu adalah salah satu atau kedua kaki karena posisi kaki berada di bagian paling rendah.

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dsb. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain:
1. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.
• Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, (ibu harus mengkonsumsi 3 sampai 4 porsi setiap hari)
• Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
• Pil zat besi harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
• Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.

2. Kebutuhan Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.

3. Kebutuhan Eliminasi : BAB/BAK
Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan ektraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus lama yang kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali.
Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diit cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.

4. Kebersihan diri/perineum
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal..
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.

5. Kebutuhan Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

6. Hubungan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokea telah berhenti. Hendaknya pula hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada waktu itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.

7. Latihan senam nifas
Pada saat hamil otot perut dan sekitar rahim serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK.
Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain :
1. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul:
 Kerutkan/ kencangkan otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik, kemudian kendorkan selama 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari
 Secara bertahap lakukan senam ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari.

2. Senam otot perut ( dilakukan setelah 1 minggu nifas)
Senam ini dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut ttertekuk pada alas yang datar dan keras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari untuk setiap jenis senam di bawah ini. Setiap minggu tambahkan frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam ini dilakukan 30 kali.
Langkah-langkah senam otot perut :
a. Menggerakkan panggul
 Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring.
 Keraskan otot perut/panggul, tahan sampai 5 hitungan, bernafas biasa.
 Otot kembali relaksasi, bagian bawah ounggung kembali ke posisi semula.

b. Bernafas dalam
 Tariklah nafas dalam-dalam dengan tangan diatas perut.
 Perut dan tangan diatasnya akan tertarik keatas. Tahan selama 5 detik.
 Keluarkan nafas panjang.
 Perut dan tangan diatasnya akan terdorong kebawah.
 Kencangkan otot perut dan tahan selama 5 detik.
c. Menyilangkan tungkai
 Lakukan posisi seperti pada langkah A
 Pada posisi tersebut, letakkan tumit ke pantat.
 Bila hal ini tak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat sebisanya.
 Tahan selama 5 detik, pertahankan bagian bawah punggung tetap rata.

d. Menekukkan tubuh
 Lakukan posisi seperti langkah A
 Tarik nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala.
 Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai kedua lutut.
 Tahan selama 5 detik.
 Tariklah nafas sambil kembali ke posisi dalam 5 hitungan.

e. Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit.
 Dengan kedua lengan diatas dada
 Selanjutnya tangan di belakang kepala
 Ingatlah untuk tetap mengencangkan otot perut
 Bagian bawah punggung tetap menempel pada alas tempat berbaring.

Catatan :
Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai lagi beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang dirasakan tidak terlalu melelahkan.

Kamis, 11 November 2010

Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method)

Metode Suhu Basal Tubuh (Basal Body Temperature Method)

Coitus Interuptus

Coitus Interuptus

Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence)

Metode Kalender atau Pantang Berkala (Calendar Method Or Periodic Abstinence)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Part 1

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Part 1

Konsep Dasar Ilmu Gizi

Konsep Dasar Ilmu Gizi

Cara Pakai Kondom Wanita

Cara Pakai Kondom Wanita


Kondom wanita kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan, berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita. Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit menular seksual. Kondom wanita memiliki dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke arah luar terbuka.
Cara kerja kondom wanita sama dengan cara kondom lelaki, yaitu mencegah sperma masuk ke dalam alat reproduksi wanita. Manfaat, keterbatasan maupun efek samping yang ditimbulkan kondom wanita, hampir sama dengan kondom lelaki. Tingkat efektifitas kondom wanita akan tinggi, apabila cara menggunakannya benar.
Adapun cara pemakaian kondom wanita, adalah sebagai berikut:
  • Tahap 1
Gambar kondom wanita 1
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.
  • Tahap 2
Gambar kondom wanita 2
Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita. Kondom wanita punya ring yang lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk bagian dalam.
  • Tahap 3
Gambar kondom wanita 3
Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada sisi yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang berseberangan akan bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi lonjong.
  • Tahap 4
Gambar kondom wanita 4
Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok maupun berbaring.
  • Tahap 5
Gambar kondom wanita 5
Gambar kondom wanita 6
Gambar kondom wanita 7
Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati. Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari telujuk untuk menekan inner ring lebih jauh ke dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar, dan outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar.
  • Tahap 6
Gambar kondom wanita 8
Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom. Bantu penis masuk ke dalam kondom.
  • Tahap 7
Gambar kondom wanita 9
Gambar kondom wanita 10
Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer ring untuk menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah. Keluarkan kondom secara hati-hati. Buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman (tempat sampah). Jangan buang di toilet.